Di dalamnya terdapat malam yang lebih baik dari seribu bulan (Lailatul Qadar ). Oleh karena itu suri tauladan kita -Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam- dahulu bersungguh-sungguh untuk menghidupkan sepuluh hari terakhir tersebut dengan berbagai amalan melebihi waktu-waktu lainnya.
Aisyah radhiyallahu ‘anha juga mengatakan,
“Apabila Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memasuki sepuluh hari terakhir (bulan Ramadhan), beliau mengencangkan sarungnya (untuk menjauhi para istri beliau dari berjima’, pen), menghidupkan malam-malam tersebut dan membangunkan keluarganya.” (HR. Bukhari & Muslim)
Adapun riwayat turunnya malam Lailatul Qodar menurut orang suci Syaikh Ali Bin Hasan Bin Ali Bin Abdul Hamid dan Syaikh Salim Bin Ied Al Hilaly dalam surat yang termaktub dalam Al Qur’an menyatakan malam Lailatul Qodar terjadi diantara malam antara tanggal 21, 23, 25, 27, 29 maupun di penghujung akhir malam bulan Ramadan.
Umat sekiranya tidak perlu bingung mendengarkan beragam pendapat yang terlontar. Toh pada akhirnya tetap bermuara pada satu keyakinan akan Rasullulah SAW. Seperti dalam hadist Aisyah RA yang mengatakan : Rasulullah SAW beri'tikaf di sepuluh hari terakhir bulan Ramadan dan beliau berfirman, (yang artinya) "Carilah malam Lailatur Qodar dihitungan (malam ganjil) pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadan."
Bagi umat yang mengalami sakit atau fisik yang kurang memadai, dihimbau untuk tidak sampai halnya melepaskan 7 hari terakhir, berdasar riwayat Ibnu Umar (katanya): Rasulullah SAW berfirman (yang artinya) “Manfaatkan pada sepuluh hari terakhir, jika tidak mampu maka jangan sampai terlewati masa waktu 7 hari mendekati akhir .”
Adapun tanda-tanda Lailatul Qodar yang seringkali diperbincangkan seperti fenomena pohon yang bersujud, rasa air tawar berasa asin, tampak beberapa bangunan tidur, anjing-anjing tenang tidak menyalak serta beberapa tanda yang menampakan bathil dan rusak. Sebenarnya dalam perdebatan soal keyakinan semacam ini tidak boleh benar-benar dipercayai kecuali atas adanya dalil yang kuat, sedangkan tanda-tanda di atas yang menyorot tanda-tanda diatas sudah jelas hal yang bathil karena tidak ada ketentuan dalil baik dari Al Qur’an ataupun hadis yang mengaturnya.
Kapan malam Lailatul Qodar diturunkan bisa dikaitkan dengan tanda-tanda yang berkenaan dengan malam yang teramat sakral sesuai sabda Nabi shallallahu’alaihi wa sallam berikut tanda-tanda yang mengikuti :
Udara dan suasana pagi yang begitu tenang.
Menurut Ibnu Abbas RA berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Lailatul qadar adalah malam terasa sunyi dan berhawa tenang, cuaca rata-rata tidak panas atau dingin, esok paginya sang surya terbit dengan sinar lemah berwarna merah” (Hadist hasan)
Cahaya matari tampak redup dan tidak kuat memancarkan cerah keesokan hari
Menurut Ubay bin Ka’ab radliyallahu’anhu, mengatakan Rasulullah shallahu’alaihi wa sallam bersabda: “Keesokan hari malam Lailatul Qodar matahari terbit hingga tinggi tanpa sinar bak nampan” (HR Muslim)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menggambarkan tanda-tanda datangnya malam mulia ini sebagai berikut:
1. Udara dan suasana pagi yang tenang. Ibnu Abbas radliyallahu’anhu berkata: Rasulullah SAW bersabda : “Lailatul qadar adalah malam tentram dan tenang, tidak terlalu panas dan tidak pula terlalu dingin, esok paginya sang surya terbit dengan sinar lemah berwarna merah.”
2. Esok harinya cahaya matahari agak meredup, bersinar cerah tapi tidak kuat. Ubay bin Ka’ab radliyallahu’anhu berkata bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda : “Keesokan hari malam lailatul qadar matahari terbit hingga tinggi tanpa sinar seperti nampan.”
3. Bulan nampak separuh bulatan. Abu Hurairoh ra pernah berkata bahwa mereka pernah berdiskusi tentang lailatul qadar disamping Rasulullah SAW lalu beliau bersabda; “Siapakah dari kalian yang masih ingat tatkala bulan muncul, yang berukuran separuh nampan.”
4. Sewaktu malam tampak terang, tidak dingin, tidak berawan, tidak hujan, tidak panas, tidak ada angin kencang, dan tidak ada aktivitas meteor yang jatuh digalaksi. Rasulullah SAW bersabda: “Lailatul qadar adalah malam yang terang, tidak panas, tidak dingin, tidak ada awan, tidak hujan, tidak ada angin kencang dan tidak ada yang dilempar pada malam itu dengan bintang (lemparan meteor bagi setan)” (HR. at-Thobroni dalam al-Mu’jam al-Kabir 22/59 dengan sanad hasan), sebagaimana hadits dari Watsilah bin al-Asqo’.
5. Terbawa kedalam mimpi. Beberapa sahabat Rasulullah SAW mengalami mimpi berjumpa dengan malam lailatul qadar.
6. Orang yang beribadah pada malam tersebut merasakan lezatnya ibadah, ketenangan hati dan kenikmatan bermunajat kepada Allah, tidak seperti malam-malam lainnya. (H)
semoga rekan-rekan inti blogger mendapatkan berkah di malam lailatul qodar "Amin"